Ini mantap gan!!

Software Iklan Baris Massal

27 May 2011

Menakar Keimanan Lewat Lebah

Nonton pertunjukkan LIMBAD pada ULTAH ke-3 Dahsyat di RCTI, maka kita akan bertanya-tanya, kenapa lebah tak membuat manusia cedera, malah banyak yang mempergunakan
lebah sebagai alternatif untuk pengobatan (sengat lebah), karena itu artikel dibawah ini bagus untuk kita baca sebagai referensi kita untuk mengerti ke-Maha Besar-an Allah Subhanahu wa Ta'ala yang telah menciptakan makhluk kecil tapi punya banyak manfaat.





“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: “Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon- pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia”, kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan
Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar- benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.” (QS. Al-Nahl: 68-69)





Lebah, salah satu makhluk ciptaan Allah SWT yang mengandung banyak hikmah. Saat orang menginginkan kesuksesan dalam hidupnya, pantas bila belajar dari sosok yang bernama lebah. Pada lebah, sesungguhnya memiliki banyak keunggulan, begitu pula seharusnya dengan sosok manusia mukmin.



Seorang mukmin adalah sosok yang seharusnya memiliki sifat-sifat unggul, sifat-sifat yang tidak dimiliki oleh manusia yang tidak beriman. Iman yang senantiasa menjadi landasan hidupnya. Saat ia menjadi mukmin, ia akan senantiasa memberikan kebermanfaatan kepada dirinya dan kepada orang yang hidup di lingkungan ia berada.
Sungguh, itulah kemuliaan yang tiada terhingga, kemuliaan yang senantiasa melahirkan kearifan,
kebersamaan, kesungguhan dalam mengarungi kehidupan di muka bumi ini.





“Manusia yang paling baik di muka bumi ini adalah yang paling banyak memberikan manfaat bagi manusia lain”.




Bila dicermati dengan mendalam, sesungguhnya seorang mukmin sejati bisa dilihat pada sifat-sifat
baik yang terdapat pada lebah.





Rasulullah bersabda, “Perumpamaan orang beriman itu bagaikan lebah. Ia makan yang bersih, mengeluarkan sesuatu yang bersih, hinggap di tempat yang bersih dan tidak merusak atau mematahkan (yang dihinggapinya).” (Ahmad, Al hakim, dan Al Bazzar).





Allah Subhanahu wa Ta'ala pun berfiman dalam Alquran yang berbunyi :



“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: “Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia, kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan
Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar- benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.”
(tQS. 16: 68–69).



Tidak ada pengalaman yang menunjukkan seekor lebah di tempat yang kotor. Tidak pernah kita lihat
seekor lebah menyerap sesuatu yang kotor. Seekor lebah senantiasa menempatkan dirinya pada sebuah tempat yang baik. Tempat yang akan
melahirkan sesuatu yang baik pula. Dia senantiasa hanya menyerap sari makanan yang sangat bersih dan terjaga. Begitu pula dengan seorang mukmin, sepantasnya bila kehadiran di muka bumi berada pada tempat yang mulia. Pantas, bila mukmin berada di masjid mengagungkan nama-nama Allah Subhanalahu wa Ta'ala. Pantas bila seorang mukmin berada di dalam majelis dzikir.


Makanan yang dimakan seorang mukmin tentu haruslah makanan yang halal dan bersih. Dengan
senantiasa menjaga makanan yang kita serap, akan menjadikan kita semakin lurus dalam beribadah kepada Allah SWT. Akan menjadikan anak-anak yang saleh, baik saleh fardiyah maupun saleh secara social. Sungguh, saat sesuatu yang masuk ke dalam perut seorang mukmin tersebut adalah hal-hal yang baik, sedikit pun tidak akan
ada peluang bagi syetan untuk hadir di tengah-tengah mukmin untuk menciptakan kemaksiatan. Allah SWT berfirman:

“Hai manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, karena sesungguhnya syetan adalah musuh yang nyata bagimu” (Q.S. 2 : 16)





Mengeluarkan yang bersih. Lebah senantiasa mengeluarkan madu yang
sungguh mengandung manfaat luar biasa. Manusia memanfaatkannya sebagai obat yang mampu menyembuhkan berbagai penyakit kecuali kematian. Seorang mukmin adalah pribadi yang senantiasa produktif dalam kebaikan. Ia senantiasa melakukan kebaikan yang disebarkan kepada seluruh manusia di muka bumi ini. Keberadaannya di muka bumi ini senantiasa dirasakan manfaatnya
oleh setiap manusia yang lain. Bahkan, makhluk lain pun akan merasakan kebaikan ddari seorang
mukmin tersebut. Lisannya senantiasa terjaga. Ia tidak pernah ada keinginan untuk menyakiti
saudaranya. Ruku dan sujudnya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala,
senantiasa terpancar dalam kebaikan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.


Allah berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, rukuklah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Rabb-mu dan perbuatlah kebaikan, supaya kamu mendapat
kemenangan”. (Q.S. Al Hajj:77)


Tidak pernah merusak Seorang mukmin hendaklah senantiasa
mencontoh seekor lebah. Lebah tidak pernah merusak apa yang dihinggapinya. Sudah sepantasnya nilai seorang mukmin hadir di muka
bumi tidak berbuat kerusakan. Ia hadir sebagai sosok yang menyeleraskan dirinya dengan lingkungan. Selalu menciptakan sesuatu yang baik yang pada akhirnya orang-orang yang berada di
sekitarnya merasa aman dengan kehadiran seorang mukmin tersebut. Kabaikan senantiasa ia tebarkan dan kejahatan senantiasa ia jauhkan.
Itulah sosok mukmin sejati. Bekerja keras dan bekerja secara berjamaah
dan tunduk pada satu pimpinan.



Lebah adalah tipe pekerja keras. Tiada hari tanpa bekerja untuk kebaikan hidupnya. Begitu pula
dengan seorang mukmin. Bila sebuah pekerjaan selesai, mukmin senantiasa melanjutkan kepada
pekerjaan selanjutnya. Pokoknya, bagi mukmin, tiada hari tanpa kerja amal, kerja saleh, kerja ibadah yang hanya dikiblatkan kepada
mengagungkan Allah SWT.


“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.” (Alam Nasyrah: 7)


Lebah adalah tipe pekerja yang mengutamakan kolektivitas. Mereka bekerja dalam sebuah koloni, tidak pernah lebah bekerja sendiri-sendiri.
Allah berfirman :

“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (Ash-Shaff: 4)



Tidak pernah melukai kecuali diganggu. Seekor lebah tidak pernah melukai siapa pun. Namun, tatkala ada yang mengganggu, lebah tidak
akan tinggal diam. Lebah akan mempertahankan kehormatannya walaupun nyawa taruhannya. Saat kemuliaan seorang mukmin dicabik-cabik oleh orang-orang yang tidak menginginkan tegaknya Islam, seorang mukmin tidak akan pernah diam. Ia akan memperjuangkan agamanya. Sifat seorang mukmin adalah musuh tidak dicari, tapi kalau ternyata harus berhadapan dengan musuh, sedikit pun tidak pernah ada keinginan untuk lari dari tanggung jawab menegakkan agama Allah di muka bumi ini.


Demikianlah karakter lebah yang sudah sepantasnya ada pada diri setiap mukmin.




Wallahu a'lam. ^^

19 May 2011

Adab Buang Air Besar Dan Kecil

Apabila seseorang merasa akan buang air maka hendaknya:

1. bersegera melakukannya, karena hal tersebut berguna bagi agamanya dan bagi kesehatan jasmani.

2. Menjauh dari pandangan manusia di saat buang air (hajat). berdasarkan hadits yang bersumber dari al-Mughirah bin Syu`bah Radhiallaahu'anhu disebutkan"Bahwasanya Nabi Shallallaahu'alaihi wa sallam apabila pergi untuk buang air (hajat) maka beliau menjauh". (Diriwayatkan oleh empat Imam dan dinilai shahih oleh Al-Albani).

3. Menghindari tiga tempat terlarang,yaitu aliran air, jalan-jalan manusia dan tempat berteduh mereka. Sebab ada hadits dari Mu`adz bin Jabal Radhiallaahu'anhu yang menyatakan demikian.

4. Tidak mengangkat pakaian sehingga sudah dekat ke tanah, yang demikian itu supaya aurat tidak kelihatan. Di dalam hadits yang bersumber dari Anas Radhiallaahu'anhu ia menuturkan:"Biasanya apabila Nabi Shallallaahu'alaihi wa sallam hendak membuang hajatnya tidak mengangkat(meninggikan) kainnya sehingga sudah dekat ke tanah. (HR. Abu Daud dan At-Turmudzi, dinilai shahih oleh Albani).

5. Tidak membawa sesuatu yang mengandung penyebutanAllah kecuali karena terpaksa. Karena tempat buang air (WC dan yang serupa) merupakan tempat kotoran dan hal-hal yang najis, dan di situ setan berkumpul dan demi untuk memelihara nama Allah dari penghinaan dan tindakan meremehkannya.

6. Dilarang menghadap atau membelakangi kiblat, berdasarkan hadits yang bersumber dari Abi Ayyub Al-Anshari Radhiallahu'anhu menyebutkan bahwasanya Nabi Shallallaahu'alaihi wa sallam telah bersabda:"Apabila kamu telah tiba di tempat buang air, maka janganlah kamu menghadap kiblat dan jangan pula membelakanginya, apakah itu untuk buang air kecil ataupun air besar. Akan tetapi menghadaplah ke arah timur atau ke arah barat". (Muttafaq'alaih).

7. Ketentuan di atas berlaku apabila di ruang terbuka saja. Adapun jika di dalam ruang (WC) atau adanya pelindung / penghalangyang membatasi antara si pembuang hajat dengan kiblat, maka boleh menghadap ke arah kiblat.

8. Dilarang kencing di air yang tergenang (tidak mengalir),karena hadits yang bersumber dari Abu Hurairah Radhiallaahu'anhu bahwasanya RasulullahShallallaahu'alaihi wa sallam bersabda:"Jangan sekali-kali seorang diantara kamu buang air kecil di air yang menggenang yang tidak mengalir kemudian ia mandi di situ".(Muttafaq'alaih).

9. Makruh mencuci kotoran dengan tangan kanan, karena hadits yang bersumber dari Abi Qatadah Radhiallaahu'anhu menyebutkan bahwasanya Nabi Shallallaahu'alaihi wa sallam bersabda:"Jangan sekali-kali seorang diantara kamu memegang dzakar (kemaluan)nya dengan tangan kanannya di saat ia kencing, dan jangan pula bersuci dari buang air dengan tangan kanannya."(Muttafaq'alaih).

10. Dianjurkan kencing dalam keadaan duduk, tetapi boleh jika sambil berdiri. Pada dasarnya buang air kecil itu di lakukan sambil duduk, berdasarkan hadits `Aisyah Radhiallaahu'anha yang berkata: Siapa yang telah memberitakan kepada kamu bahwa Rasulullah Shallallaahu'alaihi wa sallam kencing sambil berdiri, maka jangan kamu percaya, sebab Rasulullah Shallallaahu'alaihi wa sallam tidak pernah kencing kecuali sambil duduk. (HR. An-Nasa`i dan dinilai shahih oleh Al- Albani). Sekalipun demikian seseorang dibolehkan kencing sambil berdiri dengan syarat badan dan pakaiannya aman dari percikan air kencingnya dan aman dari pandangan orang lain kepadanya. Hal itu karena ada hadits yang bersumber dari Hudzaifah,ia berkata:"Aku pernah bersama Nabi Shallallaahu'alaihi wa sallam (di suatu perjalanan) dan ketika sampai di tempat pembuangan sampah suatu kaum beliau buang air kecil sambil berdiri, maka akupun menjauh daripadanya. Maka beliau bersabda:"Mendekatlah kemari". Maka aku mendekati beliau hingga aku berdiri di sisi kedua mata kakinya. Lalu beliau berwudhu dan mengusap kedua khuf-nya."(Muttafaq alaih).

11. Makruh berbicara di saat buang hajat kecuali darurat. berdasarkan hadits yang bersumber dari Ibnu Umar Shallallaahu'alaihi wa sallam diriwayatkan:"Bahwa sesungguhnya ada seorang lelaki lewat, sedangkan Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam. sedang buang air kecil. Lalu orang itu memberi salam (kepada Nabi), namun beliau tidak menjawabnya. (HR. Muslim).

12. Makruh bersuci (istijmar)dengan mengunakan tulang dan kotoran hewan, dan disunnahkan bersuci dengan jumlah ganjil. Di dalam hadits yang bersumber dari Salman Al-Farisi Radhiallaahu'anhu disebutkan bahwasanya ia berkata:"Kami dilarang oleh Rasulullah Shallallaahu'alaihi wa sallam beristinja (bersuci) dengan menggunakan kurang dari tiga biji batu, atau beristinja dengan menggunakan kotoran hewan atau tulang. (HR. Muslim).

13. Dan Nabi Shallallaahu'alaihi wa sallam juga bersabda:"Barangsiapa yang bersuci menggunakan batu (istijmar), maka hendaklah diganjilkan."

15. Disunnatkan masuk ke WC dengan mendahulukan kaki kiri dan keluar dengan kaki kanan berbarengan dengan dzikirnya masing-masing. Dari Anas bin Malik Radhiallaahu'anhu diriwayatkan bahwa ia berkata:"Adalah Rasulullah Shallallaahu'alaihi wa sallam apabila masuk ke WC mengucapkan :

"Allaahumma inni a'udzubikaminal khubusi wal khabaaits"

Artinya,"Ya Allah, aku berlindungkepada-Mu dari pada syetan jantan dan setan betina".

15. Dan apabila keluar, mendahulukan kaki kanan sambil mengucapkan :"Ghufraanaka"(ampunan-Mu ya Allah).

16. Mencuci kedua tangan sesudah menunaikanhajat. Di dalam hadis yang bersumber dari Abu Hurairah ra. diriwayatkan bahwasanya"Nabi Shallallaahu'alaihi wa sallam menunaikanhajatnya (buang air) kemudian bersuci dari air yang berada pada sebejana kecil, lalu menggosokkan tangannya ke tanah. (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah).

Sumber :
Al-Qismu Al-Ilmi, Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz.